Geliat Media Dakwah

Bismillah.

Diantara media dakwah yang bisa dinikmati oleh masyarakat umum adalah risalah atau buletin jum’at yang sering dibagikan di masjid-masjid. Buletin at-Tauhid salah satu media dakwah yang diterbitkan oleh Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA) dan disebarkan di masjid-masjid sekitar Yogya, bahkan ada juga yang dikirimkan ke luar kota.

Hingga sebelum pandemi penerbitan buletin ini sudah berjalan kurang lebih selama 16 tahun. Diantara perintis penerbitan buletin ini adalah Ust. Abu Isa hafizhahullah dan Ust. Abu Sa’ad rahimahullah. Ketika di awal penerbitannya dikomandoi oleh salah seorang mahasiswa teknik UGM sekaligus santri Ma’had al-’Ilmi yaitu al-Akh Johan Lil Muttaqin hafizhahullah.

Pada saat itu buletin ini juga digarap oleh teman-teman warga Wisma Misfallah Tolabul Ilmi (MTI) yang pada saat itu menjadi pusat koordinasi kegiatan dakwah YPIA (dulu masih bernama LBIA; Lembaga Bimbingan Islam Al-Atsary). Diantara rekan-rekan pengurus yang terlibat aktif dalam penerbitan buletin kala itu adalah Ust. Amrullah Akadhinta hafizhahullah dan Ust. M. Abduh Tuasikal hafizhahullah yang ketika itu masih duduk di bangku kuliah S-1 di UGM.

Uniknya, buletin ini disebarkan setiap hari Kamis atau Jum’at dengan bekerjasama bersama para pegiat dakwah; warga wisma muslim, takmir-takmir masjid, mahasiswa, dan relawan dari berbagai lapisan masyarakat dan latar belakang profesi. Sinergi yang dirasakan bisa membentuk semangat kebersamaan dan rasa tanggung jawab. Hal ini mungkin dalam beberapa tahun belakangan sudah sedikit banyak terkikis karena semakin meningkatnya penggunaan publikasi melalui smartphone dan internet. Penyebaran buletin atau poster kajian tidak lagi marak seperti dulu.

Selain itu, teman-teman pengurus di kala itu pun mulai merintis dakwah di media internet dengan mengelola situs dakwah www.muslim.or.id dan www.muslimah.or.id. Boleh dibilang situs dakwah ini cukup semarak dan produktif menyebarkan tulisan dan artikel setiap pekannya. Berangkat dari kepedulian teman-teman mahasiswa dan para ustadz untuk menggarap dakwah di dunia maya maka muncullah para penulis artikel dan kontributor dari kalangan mahasiswa maupun dari asatidz dan penggerak dakwah. Pada tahun era 2000 an masih hangat tema seputar manhaj dan menyikapi berbagai bentuk kerancuan dan ‘gempuran’ terhadap dakwah sunnah.

Kita pun tidak menafikan di masa itu masih sengit konflik internal yang terjadi diantara sebagian para dai di tanah air. Sebuah kenyataan sejarah yang cukup menyayat hati dan menyisakan luka-luka bahkan mewariskan perseteruan dahsyat di dunia maya. Maka kita berdoa kepada Allah agar menyatukan hati para penyeru kebenaran ini untuk bergandeng-tangan di atas jalinan ukhuwah dan berlayar di atas bahtera sunnah bersama-sama.  

Kita begitu berhutang budi kepada para guru kita -yang masih hidup maupun yang sudah pergi mendahului kita menghadap Allah- karena setelah taufik dari Allah kemudian melalui perantara perjuangan dakwah mereka lah kita mengenal dakwah yang haq ini sedikit demi sedikit. Kita pun mulai mengenal nama para ulama pembela sunnah dan kitab-kitab ahlus sunnah. Sebagaimana digambarkan oleh sebagian salaf, “Para malaikat adalah penjaga-penjaga langit sedangkan ahlul hadits adalah penjaga-penjaga bumi.”

Adapun riak-riak di tengah perjalanan dan rintangan adalah bagian dari lika-liku kehidupan yang ditemui oleh anak-cucu Adam. Namun, satu hal yang tidak mungkin kita lupakan bahwa para ustadz itulah yang menunjukkan kepada kita jalan kebenaran. Walaupun mereka tetap manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Mereka bukan ma’shum. Kita mencintai para ulama dan ustadz-ustadz kita karena Allah; dan karena itulah kita akan menjunjung tinggi kebenaran dan manhaj salaf ini di atas semua pendapat dan perkataan.  

Dakwah ini harus terus berjalan. Oleh sebab itu para ustadz pun tidak berhenti membuka majelis ilmu dan mengadakan berbagai kegiatan ilmiah berupa kajian dan daurah-daurah. Sampai akhirnya Allah pun beri kemudahan bagi sebagian dai untuk mendirikan radio dakwah walaupun pada awalnya hanya melalui streaming di internet. Ya, ketika itu teman-teman mulai merintis siaran Radio Muslim dengan menggunakan sebuah kamar di wisma MTI untuk pusat penyiaran. Sangat sederhana dan ala kadarnya, tetapi membawa semangat dan cita-cita besar para penggerak dakwah yang notabene masih muda dan perlu banyak bimbingan dari para ustadz yang lebih senior. 

Hari demi hari berlalu dan perkembangan dakwah di media internet dengan Radio Muslim pun semakin melaju. Di sisi lain, kegiatan belajar bahasa arab dan diniyah pun terus dilakukan di sekitar kampus dan masjid-masjid di daerah Pogung dan sekitarnya. Teman-teman pun mulai berusaha meningkatkan pelayanan dakwah kepada masyarakat dengan menerbitkan rekaman-rekaman kajian dalam bentuk CD yang dikelola oleh Pustaka Muslim. Mulai dari rekaman daurah, rekaman kajian akbar hingga pelajaran bahasa arab dan kajian-kajian kitab. Tidak berhenti di situ, Pustaka Muslim pun menerbitkan buku-buku dengan konten dakwah Islam.

Apabila ditarik ke belakang. Beberapa tahun awal pada saat kami masih baru mengenal bangku kuliah, media-media dakwah tidaklah sepesat dan sebanyak sekarang. Pelajaran bahasa arab pun tidak semudah saat ini. Program kajian rutin ilmiah pun terhitung jarang atau kurang mudah terjangkau publik. Kini berbagai media dakwah telah berkembang dan organisasi dakwah pun tumbuh pesat di berbagai wilayah. Masjid-masjid pun semakin banyak yang menyajikan tema dan kajian sunnah. Tentu ini semuanya merupakan anugerah dari Allah kepada umat dan masyarakat. Terlebih bagi para mahasiswa yang bisa dengan mudah mengakses berbagai sarana belajar dan program dakwah. Maka sudah menjadi kewajiban kita untuk bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat ini, kemudian sudah semestinya kita berterima-kasih dan mendoakan kebaikan kepada segenap pihak yang telah bekerja-keras dan berjuang dengan tulus untuk menyebarkan dakwah ini sehingga bisa dengan mudah kita nikmati pada hari ini di tengah berbagai kesibukan dan agenda pribadi…

Pada hari ini mungkin banyak diantara kita yang tidak lagi perhatian dengan apa isi papan pengumuman di masjid, karena dengan mudah kita bisa melihat publikasi melalui berbagai aplikasi dan sarana yang tersedia di hp. Padahal, jika kita lihat beberapa belas tahun lalu banyak saudara kita yang mendapatkan tetesan hidayah itu melalui lembaran poster kajian yang ditempelkan di papan-papan informasi. Poster-poster yang dibawa berkeliling untuk ditempelkan oleh sebagian ikhwan dengan mengendarai sepeda motor di waktu pagi, siang, sore dan malam, menyusuri sudut-sudut kota Yogyakarta dan menghampiri masjid-masjid di berbagai pemukiman. Hanya satu yang mereka harapkan; semoga Allah berkenan mencurahkan petunjuk melalui lembaran poster ini kepada masyarakat sehingga mereka cinta kepada sunnah dan tauhid ini…

Mungkin itu sedikit cerita yang dapat kami tuliskan di lembaran sharing ini semoga bermanfaat bagi segenap pemuda dan penggerak dakwah kampus yang meniti jalan generasi terbaik umat ini. Ingatlah, bahwa dahulu kita tidak mengenal dakwah salaf ini kemudian Allah mudahkan bagi kita untuk mempelajarinya dan berusaha untuk mengamalkannya. Ini adalah nikmat yang sangat besar; yang jauh lebih berharga daripada segala kemewahan dan kekayaan duniawi. Jangan sampai Allah mencabut nikmat hidayah ini dari kita akibat kita tidak pandai mensyukurinya. Wahai Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami, ampunilah keteledoran kami, tutuplah aib-aib kami

 

Penyusun : Redaksi ypia.or.id

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ladang amal jariyah untuk Anda

Scroll to Top