Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari –selajutnya disebut YPIA– merupakan sebuah lembaga dakwah yang berpusat di Yogyakarta. Lembaga ini memiliki kantor sekretariat yayasan yang terletak di Pogung Rejo No. 412, RT 14/RW 51, Kelurahan Sinduadi, Kepanewon Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Lembaga Bimbingan Islam Al-Atsari
Sebelum diresmikan sebagai yayasan, lembaga dakwah ini bernama LBIA (Lembaga Bimbingan Islam Al-Atsari). Ketika masih berbentuk lembaga, kegiatan dakwah dan pendidikan yang dikelola tidak sebanyak saat ini. LBIA dirintis oleh beberapa ustaz, mahasiswa, serta alumni. Di antara pelopor berdirinya lembaga ini adalah; Ust. Abu Sa’ad rahimahullahu, Ust. Kholid Syamhudi, Ust. Ir. Noor Akhmad Setiawan, S.T., M.T., Ph.D., IPM., Ust. Fauzan Abdullah, Ust. Abu Yazid, Ust. M. Rofi’, dan lainnya.
LBIA sebagai lembaga dakwah mahasiswa ekstrakampus memiliki konsentrasi kegiatan pada pengadaan kajian-kajian dan pembelajaran bahasa Arab dasar. Di antara kegiatannya adalah DMMD (Daurah Muslim Muslimah Dasar), BADAR (bahasa arab dasar), dan MSA (Ma’had Sabtu Ahad).
DMMD merupakan rangkaian kajian intensif yang membahas materi-materi dasar keislaman. Ssaran utama program ini adalah mahasiswa dan pelajar. Kegiatan ini dilaksanakan pada saat liburan akhir semester dengan menghadirkan ustaz-ustaz dari dalam maupun luar kota. Kegiatan ini diikuti oleh peserta putra dan putri yang datang juga dari dalam dan luar kota Yogyakarta.
BADAR merupakan rangkaian pelajaran bahasa Arab dasar yang membahas materi berupa kaidah-kaidah dasar memahami bahasa Arab agar dapat membaca kitab para ulama. Kegiatan ini pada awalnya hanya diadakan pada masa liburan. Buku panduan yang digunakan adalah Muyassar Fii ‘Ilmin Nahwi (pemula), Mukhtarat-Sharaf (menengah), dan Mulakhash Qawa’id Al Lughah Al ‘Arabiyyah (lanjutan). Masing-masing pelajaran/kelas diampu oleh pengajar dari pondok ataupun dari alumni. Jumlah peserta putra dan putri setiap kegiatan BADAR cukup banyak, berkisar antara 50 hingga lebih dari 100 orang. Uniknya, kegiatan BADAR ini tidak hanya diminati kalangan mahasiswa, bahkan ada beberapa peserta yang sudah lanjut usia, dan ada pula dosen yang mengikutinya.
MSA merupakan cikal bakal berdirinya Ma’had Al-‘Ilmi yang menjadi sarana pendidikan mahasiswa dan kader pilihan yang diharapkan dapat menjadi penggerak dakwah di masa depan. Selain materi aqidah, peserta juga dibekali dengan pemahaman fikih, hadits, dan materi dasar penting lainnya. Syarat untuk bisa mengikuti program ini adalah memiliki kemampuan dasar membaca kitab. Seiring dengan berjalannya waktu, MSA dirubah menjadi Ma’had Al-‘Ilmi dengan jumlah pelajaran yang lebih banyak dan pengajar yang lebih banyak pula.
Selain ketiga kegiatan di atas, LBIA juga telah merintis pengembangan situs dakwah muslim.or.id yang dimotori oleh Ustaz Amrullah Akadhinta, Ustaz Satria Buana, Ustaz Ibnu Mundzir, dan rekan-rekan yang lain. Manfaat dari media dakwah dunia maya ini pun cukup menggembirakan, ditandai dengan banyaknya tulisan dan nasihat yang kaya akan ilmu, serta dapat diakses oleh setiap pengguna internet di mana pun mereka berada.
Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari
YPIA merupakan kelanjutan dari LBIA dengan menambahkan berbagai kegiatan lain yang bermanfaat untuk pendidikan dan dakwah bagi kalangan mahasiswa pada khususnya, maupun bagi kaum muslimin secara umum. Kegiatan-kegiatan baru yang ditambahkan antara lain adalah pendirian radio dakwah, program dakwah di kawasan bencana, dan lain sebagainya.
Dalam perkembangan yang terakhir, YPIA memiliki 4 bidang konsentrasi kegiatan, yaitu; pendidikan, dakwah, media, dan kemuslimahan.
Pada Bidang Pendidikan, yayasan mendirikan YPIA Academy. YPIA Academy menaungi beberapa subdivisi, yaitu Ma’had al-‘Ilmi, Ma’had Umar Bin Khattab (kelanjutan dari BADAR), dan Kampus Tahfizh (pembelajaran tahsin dan tahfizh). Selain YPIA Academy, pada bidang pendidikan juga terdapat Wisma Muslim. Tujuannya adalah untuk menampung teman-teman mahasiswa yang ingin mendapatkan lingkungan yang kondusif untuk belajar dan mengaji.
Untuk Bidang Dakwah, YPIA membentuk 3 divisi, yaitu; Kajian Umum, FKIM (Forum Kajian Islam Mahasiswa), dan Ma’had Yaa Abati (Ma’had bagi para ayah yang sudah berkeluarga dan bekerja).
Adapun untuk Bidang Media, YPIA membentuk 5 divisi, yaitu Website Dakwah (www.muslim.or.id dan www.muslimah.or.id), Buletin At Tauhid (www.buletin.muslim.or.id), Radio Muslim 1467 AM (streaming : www.radiomuslim.com), Multimedia (Channel YouTube Atsar), dan Publikasi.
Untuk Bidang Kemuslimahan, kegiatan yang ada diwadahi dalam forum yang disebut dengan FKKA (Forum Kegiatan Kemuslimahan Al-Atsari). Kegiatannya meliputi Kajian Rutin Muslimah (Karumah), Muslimah Mengaji, Perpustakaan Syamilah, dan Buletin Muslimah Zuhairoh.
Selain 4 konsentrasi kegiatan tersebut, YPIA juga memiliki bidang lain, khususnya sebagai pemasukan dana, yaitu Bidang Usaha dan Donasi Dakwah.
Yogyakarta dan perkembangan dakwah sunnah salafiyah
Yogyakarta adalah salah satu kota yang menjadi pusat perkembangan dakwah sunnah salafiyah di tanah air. Beberapa institusi pendidikan yang dibangun di atas manhaj salaf telah mewarnai dunia pendidikan yang ada. Peserta didik yang mengikutinya juga datang dari berbagai penjuru daerah. Hal ini sesuatu yang wajar, mengingat Yogyakarta merupakan kota pelajar, di mana banyak pelajar dan mahasiswa yang datang dari berbagai daerah. Di antara bukti yang menunjukkan adanya perkembangan dakwah salafiyah di kota ini adalah banyaknya majelis ilmu, terutama di sekitar kampus-kampus yang ada.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa usaha untuk mengoptimalkan program-program dakwah yang ada di kalangan mahasiswa memiliki peran penting dalam membangun masa depan dakwah Islam di negeri tercinta ini. Para mahasiswa yang belajar di kota ini akan tersebar ke berbagai penjuru negeri. Tentu saja, bukan kemajuan materi semata yang menjadi cita-cita dan harapan utama umat ini, namun juga kekokohan iman, kelurusan cara beragama, dan keluhuran akhlak. Itulah yang senantiasa didambakan oleh para orang tua muslim yang sejati.
Generasi muda yang sarat dengan cita-cita, tak selayaknya ditelantarkan pendidikannya. Apabila kerusakan moral dan akhlak telah menghantui umat masa kini, maka berjuang dalam bidang pendidikan dan dakwah bagi generasi muda adalah solusinya. Amat disayangkan, jika para orang tua sangat serius memperhatikan urusan dunia dan materi anak-anaknya, namun mereka lalai dari pembekalan ruhani dan tarbiyah keimanan bagi putra-putrinya, yang mereka notabene bersekolah di perguruan tinggi non-agama. Hal ini semakin memprihatinkan, tatkala ternyata di sebagian perguruan tinggi Islam yang ada para mahasiswa dan dosen-dosennya telah terkontaminasi dengan gaya hidup dan cara berpikir yang menyimpang. Allahul Musta’aan.