Bismillah.
Saudaraku kaum muslimin yang dirahmati Allah, bulan Ramadhan sudah berada di hadapan kita. Beberapa hari lagi bulan yang dinanti jutaan umat Islam insya Allah akan kembali bertandang. Apa yang sudah kita siapkan untuk menyambut tamu agung ini?
Terkadang kita berpikira bahwa puasa itu mengekang keinginan. Ya, memang seperti itulah bentuk ujian yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya. Apakah mereka lebih mendahulukan perintah Allah ataukah mereka lebih tunduk kepada hawa nafsu dan perasaannya. Puasa mengajarkan kita untuk patuh dan menjadi pribadi yang lebih bertakwa.
Sebagaimana diterangkan oleh sebagian salaf bahwa hakikat takwa adalah anda melakukan ketaatan kepada Allah di atas cahayd dari Allah seraya mengharapkan pahala dari Allah, dan anda meninggalkan maksiat kepada Allah di atas cahaya dari Allah karena takut akan hukuman Allah. Dari sini kita bisa mengerti bahwa takwa bukan sekedar gerak-gerik fisik atau ibadah lahiriah. Lebih daripada itu takwa juga mengusung berbagai bentuk ibadah hati yang tidak tampak oleh mata; rasa takut, rasa harap, dan ketundukan hati kepada aturan-aturan Allah.
Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah pantas bagi seorang lelaki yang beriman atau perempuan yang beriman apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu perkara kemudian masih ada bagi mereka pilihan lain dalam urusan mereka itu. Barangsiapa yang durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang amat nyata.” (al-Azhab : 36)
Pada bulan puasa, kita bisa menjumpai sekian banyak pintu kebaikan dan amal salih. Mulai dari memasak hidangan sahur, membersihkan masjid untuk kegiatan sholat berjamaah dan tadarus, membaca al-Qur’an, mengajarkan iqro’, membersihkan tempat wudhu dan kamar mandi masjid, mengumandangkan adzan, menjadi imam sholat berjamaah, bersedekah untuk membantu kegiatan dakwah, memberikan sajian buka puasa, menjadi panitia kegiatan dakwah di masyarakat, ikut menyebarkan buletin dakwah, antar jemput ustaz untuk mengisi kajian, dsb.
Begitu banyak pintu kebaikan yang Allah bukakan untuk kita. Kini saatnya kita memasang niat yang tulus dan ikhlas untuk melakukan sebagian diantara amal kebaikan itu yang akan mengantarkan kita menuju limpahan pahala dan keridhaan-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amal-amal itu hanya akan dinilai jika disertai dengan niat yang benar. Dan setiap orang yang beramal akan dibalas sesuai dengan kualitas niatnya…” (HR. Bukhari dan Muslim dari Umar bin Khattab radhiyallahu’anhu)
Memperbaiki niat bukanlah sepele. Banyak orang celaka gara-gara tidak meluruskan niatnya. Tidakkah kita ingat tentang hadits yang menceritakan 3 golongan orang yang pertama kali dibakar di neraka; mereka adalah para pelaku amalan lahiriah yang sangat utama. Bersedekah, belajar agama dan mengajarkannya, dan berjihad di medan perang. Akan tetapi amal-amal itu justru menghancurkan pelakunya akibat tidak ikhlas karena Allah ta’ala.
Sebagian ulama terdahulu berkata, “Tidaklah aku berjuang menundukkan diriku dengan sebuah perjuangan yang lebih berat daripada perjuangan untuk mencapai keikhlasan.” Perjuangan menata hati, membersihkan niat dan memurnikan ibadah untuk Rabb alam semesta. Inilah yang Allah perintahkan kepada para pemeluk agama Islam di sepanjang masa.
Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah mereka diperintahkan melainkan supaya mereka beribadah kepada Allah dengan memurnikan agama untuk-Nya dengan hanif/bertauhid, dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat. Dan itulah agama yang lurus.” (al-Bayyinah : 5)
Puasa mengajarkan kita untuk ikhlas beramal karena Allah. Maka marilah kita bangun sinergi dalam dakwah dan proyek kebaikan itu dengan pondasi ikhlas dan ketauhidan. Hanya kepada Allah semata kita meminta pertolongan dan bantuan atas segala urusan. Wallahul muwaffiq.
